Infeksi yang Dideteksi oleh Pap Test: Semua yang Perlu Anda Ketahui

Infeksi yang Dideteksi oleh Pap Test: Semua yang Perlu Anda Ketahui

Pap Test: Cara Melakukan dan Menjalani Skrining Kanker Leher Rahim dengan Benar. Ketahui Kapan Harus Melakukannya dan Cara Mempersiapkan Diri untuk Pengambilan Sampel.

Contenuto:

This is some text inside of a div block.
This is some text inside of a div block.

Infeksi Apa Saja yang Dapat Dideteksi oleh Pap Test?

Pertanyaan ini sangat penting bagi kita semua sebagai perempuan yang peduli terhadap kesehatan ginekologis. Pap test adalah pemeriksaan skrining yang sederhana, cepat, dan tidak menimbulkan rasa sakit, namun dapat menyelamatkan nyawa, karena secara signifikan menurunkan angka kematian akibat kanker serviks.

Selama pemeriksaan ginekologi rutin, kita dapat menjalani tes penting ini yang tidak hanya menunjukkan perubahan sel pada leher rahim, tetapi juga mendeteksi infeksi selain kanker. Pap test mampu mengidentifikasi berbagai kondisi seperti HPV (penyebab utama kanker serviks), infeksi bakteri, infeksi jamur seperti Candida, serta peradangan non-spesifik.

Selain itu, penting juga untuk mengetahui bagaimana Pap test dilakukan agar kita dapat mempersiapkan diri dengan baik sebelum pemeriksaan. Pedoman terbaru merekomendasikan untuk memulai skrining pada usia 25 tahun, diulang setiap 3 tahun, atau setiap 5 tahun bila dikombinasikan dengan tes HPV-DNA pada perempuan usia 30–64 tahun.

Dalam artikel ini, kita akan membahas secara menyeluruh infeksi apa saja yang dapat dideteksi oleh Pap test, prosedur pemeriksaan, serta langkah yang perlu dilakukan jika hasilnya positif. Perlu dipahami bahwa hasil positif tidak berarti kanker, melainkan menunjukkan adanya sel abnormal yang mungkin memerlukan pemeriksaan lanjutan.

Infeksi yang Dapat Dideteksi oleh Pap Test

Pap test tidak hanya bertujuan untuk mendeteksi kanker serviks. Melalui pemeriksaan sitologi, tes ini juga dapat mengidentifikasi berbagai infeksi.

Infeksi HPV (Human Papillomavirus)

HPV merupakan penyebab utama kanker serviks. Pap test mendeteksi perubahan sel yang disebabkan oleh infeksi HPV. Dari lebih dari 100 jenis HPV, tipe berisiko tinggi seperti HPV 16 dan 18 paling berbahaya. Pap test menunjukkan perubahan sel akibat HPV, sementara tes HPV mendeteksi langsung DNA virus. Hasil Pap test dapat menunjukkan lesi intraepitel skuamosa derajat rendah (LSIL) atau tinggi (HSIL).

Infeksi Bakteri (misalnya Gardnerella)

Gardnerella vaginalis adalah bakteri anaerob penyebab vaginosis bakterialis. Pap test dapat mendeteksinya melalui keberadaan clue cells. Vaginosis bakterialis merupakan infeksi vagina paling umum pada perempuan usia reproduktif.

Infeksi Jamur (misalnya Candida)

Candida albicans dapat terdeteksi melalui Pap test, meskipun sensitivitasnya bervariasi. Sekitar 75% perempuan mengalami infeksi Candida setidaknya sekali seumur hidup. Infeksi ini dapat menyebabkan perubahan sel jinak yang tidak berhubungan dengan kanker.

Infeksi Virus Non-HPV (misalnya Herpes Simplex)

Virus Herpes Simplex (HSV) dapat dikenali melalui karakteristik sel khas seperti inti “kaca”, inklusi Cowdry, dan sel multinukleus. Dalam kasus tertentu, HSV dapat menyerupai kanker serviks pada pemeriksaan sitologi.

Peradangan Non-Spesifik

Pap test juga dapat menunjukkan peradangan serviks, ditandai dengan banyaknya sel darah putih. Jika peradangan menetap, pemeriksaan lanjutan seperti kolposkopi mungkin diperlukan.

Bagaimana Pap Test Dilakukan dan Apa yang Terlihat

1. Persiapan Sebelum Pemeriksaan

Disarankan untuk:

  • Tidak berhubungan seksual 24–48 jam sebelumnya
  • Tidak menggunakan douche, krim vagina, atau tampon
  • Menjadwalkan tes sekitar 2 minggu setelah menstruasi

2. Prosedur Pengambilan Sampel

Dokter memasukkan spekulum ke dalam vagina dan mengambil sel dari leher rahim menggunakan spatula atau sikat khusus. Prosedur ini singkat dan umumnya hanya menimbulkan sedikit rasa tidak nyaman.

3. Analisis Laboratorium

Sampel dianalisis menggunakan sistem Bethesda, yang mengklasifikasikan hasil sebagai normal atau abnormal.

4. Pap Test Konvensional vs Sitologi Cair

Sitologi cair menghasilkan sampel yang lebih bersih dan akurat, dengan tingkat deteksi lesi yang lebih tinggi dibanding metode konvensional.

5. Hasil Pap Test

Hasil abnormal dapat berupa:

  • ASC-US / ASC-H
  • LSIL (sering terkait HPV)
  • HSIL (berisiko berkembang menjadi kanker)
  • AGC (sel kelenjar abnormal)

Hasil abnormal jarang berarti kanker, terutama jika pemeriksaan dilakukan secara rutin.

Pap Test, Tes HPV, dan NIPT: Apa Bedanya?

Pap Test vs Tes HPV

Pap test menilai bentuk sel, sedangkan tes HPV mendeteksi DNA virus. Tes HPV lebih sensitif dalam mendeteksi risiko kanker serviks.

Kapan Melakukan Tes

  • Usia 21–24 tahun: Pap test setiap 3 tahun
  • Usia 25–65 tahun: tes HPV setiap 5 tahun atau co-testing

Apa Itu NIPT?

NIPT (Non-Invasive Prenatal Testing) adalah tes skrining kehamilan untuk mendeteksi kelainan kromosom janin seperti trisomi 21, 18, dan 13. NIPT tidak berkaitan dengan kesehatan serviks.

Apa yang Harus Dilakukan Jika Pap Test Positif

Interpretasi Hasil (Sistem Bethesda)

Hasil positif menunjukkan sel abnormal dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda dan memerlukan tindak lanjut, bukan kepastian kanker.

Kapan Perlu Kolposkopi

Kolposkopi direkomendasikan untuk HSIL, ASC-H, AGC, atau hasil abnormal yang menetap.

Tindak Lanjut dan Pengobatan

Sebagian besar lesi ringan dapat sembuh sendiri. Lesi berat dapat ditangani dengan:

  • LEEP/LLETZ
  • Konisasi
  • Krioterapi
  • Terapi laser

Kesimpulan

Pap test adalah alat pencegahan yang sangat penting bagi kesehatan perempuan. Tes ini tidak hanya mendeteksi kanker serviks secara dini, tetapi juga berbagai infeksi seperti HPV, Gardnerella, Candida, dan Herpes.

Hasil positif bukan berarti kanker, melainkan sinyal untuk pemantauan atau pemeriksaan lanjutan. Dengan mengikuti pedoman skrining secara teratur, kita dapat menjaga kesehatan reproduksi dengan lebih aman dan tenang.

Freccia su  | NIPT by GenePlanet
WhatsApp logo icon | NIPT by GenePlanet